Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

29 Desember 2018   22:21 Diperbarui: 29 Desember 2018   22:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang mata yang sedari tadi tidak pernah lepas memperhatikan apapun yang dilakukan Arya Dahana, terbelalak kaget sekaligus kagum.  Pemuda ini ternyata mempunyai ajian lain yang berlawanan dari yang dilatihnya tadi.  Luar biasa! Orang misterius ini semakin tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.

Permukaan sungai yang membatu menjadi es itu akhirnya lumer dan mencair.  Untuk memastikan semuanya, Arya Dahana mengerahkan tenaga dalamnya dan mengarahkan pukulan Geni Sewindu ke permukaan es yang melumer itu.  Terdengar ledakan keras sekaligus getaran yang mengguncang saat pukulannya mengenai permukaan keras.  Es itu meledak berkeping keping dan terbebaslah pemuda itu dari perangkap yang tidak sengaja dibuatnya sendiri.

Arya Dahana melompat keluar dari sungai sambil menahan rasa dingin dan panas secara bergantian.  Dia tadi berlatih terlalu keras sehingga tenaganya terkuras.  Pemuda itu teringat kepada Bimala Calya yang ditinggalkannya untuk mencari makanan.  Tujuannya menangkap ikan menjadi terlupa.  Pemuda ini lalu sibuk mencari peralatan memancingnya.  

Saat mencari cari, matanya terpaku pada sungai di depannya.  Beberapa ekor ikan yang cukup besar terlihat mengambang.  Buru buru diambilnya jala untuk menangkap dan mengumpulkan ikan ikan itu.  Secara tidak sadar, pemuda itu tadi mengaduk aduk sungai dengan dua ilmunya yang sangat berlawanan.  Ikan ikan yang berada dalam jangkauan ilmu ilmu tadi lantas bermatian dan mengambang.  Padahal ikan ikan tersebut cukup besar. Sebesar paha orang dewasa.  Sangat lebih dari cukup untuk makan mereka sekaligus diasap untuk menjadi bekal perjalanan nanti.

Dengan riang gembira dan bersiul siul Arya Dahana membersihkan ikan ikan lezat.  Kemudian membakarnya sebagian dan mengasapnya sebagian lagi.  Setelah semua siap, Arya Dahana membawa ikan bakar dan asap itu ke tempat Bimala Calya terbaring.  Dilihatnya gadis itu masih terbaring lemah.  

Pemuda itu mengangkat tubuh Bimala Calya dan menyandarkannya pada sebuah pohon Nibung.  Setelah itu mengangkat ikan ikan beraroma lezat di hadapan Bimala Calya.  Pemuda itu sengaja melakukan itu agar gadis itu tertarik untuk memakannya dan dia tidak perlu berusaha keras untuk membujuknya agar makan.

Benar saja, begitu hidungnya membaui ikan bakar tersebut, wajah pucat gadis itu berubah.  Matanya membuka seketika.  Dipandangnya pemuda di depannya sambil mengangguk angguk.  Arya Dahana tersenyum lega.  Pemuda ini mulai menyuapi si gadis yang terlihat sangat kelaparan.

Demikianlah.  Selama berhari hari Arya Dahana melanjutkan perjalanan mencari Ki Sasmita, selama berhari hari pula dia juga harus mengurus dan merawat Bimala Calya.  Termasuk harus menggendongnya saat mereka harus berpindah tempat.  Gadis itu hanya pasrah saja apapun yang dilakukan oleh Arya Dahana.  Dia mulai menikmati perjalanannya bersama pemuda itu.  Menikmati dan merindukan tiap pagi datang, Arya Dahana pasti membersihkan tubuhnya,  meminumkan ramuan obat, memasak makanan sederhana yang lezat kemudian menyuapinya. 

Kepulihannya berlangsung cepat.  Akhirnya gadis itu sudah mulai bisa berdiri, berjalan dan makan sendiri, bahkan sudah rutin membantu Arya Dahana menangkap ikan dan membersihkannya.  Hidupnya berubah total.  Warna warni pelangi sudah sangat bisa dinikmatinya.  Yang selama ini hanya sekedar perhiasan alam yang lewat begitu saja di depan matanya.  Berhujan panas menjadi sangat menyenangkan.  Arya Dahana begitu penuh perhatian, konyol, lucu dan sedikit misterius.  Selama ini, Bimala Calya tidak pernah bergaul dengan lawan jenis sedekat ini.  Hatinya seperti menjadi sebuah taman, dipenuhi oleh bunga bunga. 

Gadis ini memutuskan dalam hatinya, dia sudah mempunyai tujuan hidup yang pasti. Dia sama sekali tidak berniat kembali ke tempat ayah angkatnya. Terus bersama dengan pemuda konyol ini adalah pilihan terbaik satu satunya.  Tidak ada pilihan kedua, ketiga dan atau lainnya.  Membayangkan ini, Bimala Calya tersenyum bahagia.  Entah mengapa dia memutuskan bahwa dia bahagia bersama pemuda ini.  Dia hanya mengikuti kata hatinya. 

Setelah Bimala Calya sehat dan pulih sepenuhnya dan tetap ngotot untuk menemani Arya Dahana, meskipun pemuda itu memintanya untuk kembali ke tempat tinggalnya setelah sembuh, perjalanan menjadi jauh lebih cepat sekarang.  Sampailah dua anak muda ini akhirnya ke pantai Ujungkulon.   Sebuah pantai yang gelap dan misterius.  Pantai berbatu batu sebesar rumah yang dilatarbelakangi oleh hutan yang juga gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun