"Benar anak muda. Â Aku Ki Sasmita. Â Siapa namamu? Dan apa tujuanmu kemari? Â Aku lihat tidak ada yang sakit di antara kalian. Â Gadis itu hanya pingsan karena kelelahan. Â Sedangkan kau anak muda....hmmm...aku tidak bisa menyembuhkan penyakitmu yang aneh itu. Â Aku sarankan kau mencoba peruntunganmu beberapa purnama lagi di puncak Merapi...Mustika Naga Api akan membuatmu pulih dan normal kembali."
Arya Dahana menjawab dengan sopan,"benar Ki...saya kesini mencari Ki Sasmita untuk memohonkan obat bagi seorang teman yang terkena pukulan Bayu Lesus. Â Hanya Ki Sasmita yang bisa membantu dalam hal ini."
"Bayu Lesus!...Gusti...itu pukulan kuno yang aku pikir sudah punah?...hmmm..baiklah anak muda. Â Aku menghargai semua perjuangan dan kerja kerasmu untuk sampai ke tempat ini. Â Aku akan membantumu. Â Tinggallah di sini beberapa hari. Â Aku harus mencari ramuan khusus untuk obat khusus ini."
Arya Dahana berseri seri gembira mendengar jawaban Ki Sasmita. Â Buru buru pemuda ini menangkupkan tangan di dada sambil membungkuk dalam dalam.
"Terimakasih Ki...terimakasih..."
Ki Sasmita tersenyum sareh. Â Memberi isyarat Arya Dahana untuk mengikutinya. Â Pemuda ini mengangguk sambil meraih tubuh Bimala Calya dalam gendongannya, mengikuti langkah Ki Sasmita menjauhi pantai. Â Ki Sasmita membawa mereka ke sebuah pondok sederhana di sebuah ceruk yang dilindungi oleh tebing terjal dari gempuran ombak selat Sunda.
Demikianlah, beberapa hari kemudian Ki Sasmita memberikan obat yang diminta oleh Arya Dahana. Â Hari itu juga Arya Dahana dan Bimala Calya berpamitan kepada Ki Sasmita. Â Ucapan terimakasih tak henti hentinya mengalir dari pemuda itu sebelum akhirnya mereka meninggalkan pulau Gunung Krakatau menggunakan perahu yang dipinjamkan oleh Ki Sasmita.
*****
Bersambung Bab VI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI