Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

29 Desember 2018   22:21 Diperbarui: 29 Desember 2018   22:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Benar anak muda.  Aku Ki Sasmita.  Siapa namamu? Dan apa tujuanmu kemari?  Aku lihat tidak ada yang sakit di antara kalian.  Gadis itu hanya pingsan karena kelelahan.  Sedangkan kau anak muda....hmmm...aku tidak bisa menyembuhkan penyakitmu yang aneh itu.  Aku sarankan kau mencoba peruntunganmu beberapa purnama lagi di puncak Merapi...Mustika Naga Api akan membuatmu pulih dan normal kembali."

Arya Dahana menjawab dengan sopan,"benar Ki...saya kesini mencari Ki Sasmita untuk memohonkan obat bagi seorang teman yang terkena pukulan Bayu Lesus.  Hanya Ki Sasmita yang bisa membantu dalam hal ini."

"Bayu Lesus!...Gusti...itu pukulan kuno yang aku pikir sudah punah?...hmmm..baiklah anak muda.  Aku menghargai semua perjuangan dan kerja kerasmu untuk sampai ke tempat ini.  Aku akan membantumu.  Tinggallah di sini beberapa hari.  Aku harus mencari ramuan khusus untuk obat khusus ini."

Arya Dahana berseri seri gembira mendengar jawaban Ki Sasmita.  Buru buru pemuda ini menangkupkan tangan di dada sambil membungkuk dalam dalam.

"Terimakasih Ki...terimakasih..."

Ki Sasmita tersenyum sareh.  Memberi isyarat Arya Dahana untuk mengikutinya.  Pemuda ini mengangguk sambil meraih tubuh Bimala Calya dalam gendongannya, mengikuti langkah Ki Sasmita menjauhi pantai.  Ki Sasmita membawa mereka ke sebuah pondok sederhana di sebuah ceruk yang dilindungi oleh tebing terjal dari gempuran ombak selat Sunda.

Demikianlah, beberapa hari kemudian Ki Sasmita memberikan obat yang diminta oleh Arya Dahana.  Hari itu juga Arya Dahana dan Bimala Calya berpamitan kepada Ki Sasmita.  Ucapan terimakasih tak henti hentinya mengalir dari pemuda itu sebelum akhirnya mereka meninggalkan pulau Gunung Krakatau menggunakan perahu yang dipinjamkan oleh Ki Sasmita.

*****
Bersambung Bab VI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun