Gadis berbaju hijau itu menjawab dengan kalem namun tegas," Namaku Bimala Calya...aku adalah tangan kanan Panglima Kelelawar. Ini bukan wilayah Galuh Pakuan. Panglima Kelelawar telah menyatakan bahwa pesisir selatan mulai dari ujung barat Jawa hingga ujung timur Jawa adalah wilayah kerajaan Lawa Agung."
Bimala Calya melanjutkan," Panglima Kelelewar juga telah mendapatkan restu dari Yang Mulia Ratu Laut Selatan. Ingatlah itu baik baik. Pulanglah! Sampaikan kepada Baginda Raja Galuh Pakuan. Kerajaan Lawa Agung sekarang setara dengan Galuh Pakuan."
Andika Sinatria maju ke sebelah Dewi Mulia Ratri. Tatapan pangeran itu kini bukan lagi kagum, namun tajam dan berwibawa.
"Bimala, apakah dengan pernyataan Panglima Kelelawar semua urusan sudah selesai begitu saja? Tidak! Kalian tidak bisa seenaknya mengambil alih wilayah kekuasaan kerajaan Galuh Pakuan tanpa persetujuan dari kami..."
"Dan kamu adalah.....?" Bimala memandang Andika Sinatria dengan pandangan menusuk.
"Aku adalah Pangeran Andika Sinatria. Putra dari Baginda Raja Galuh Pakuan. Kakakku adalah putri mahkota Dyah Pitaloka. Aku berhak berbicara atas nama kerajaan!" Andika Sinatria menyahut dengan tidak kalah tegas.
Bimala Calya tersenyum manis sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. Mendadak langit di atas perkemahan menggelap dipenuhi mendung hitam. Mendung itu perlahan lahan merendah seperti sedang ditekan dari atas. Andika Sinatria terkesiap sejenak. Ini bukan mendung biasa! Ada aroma sihir di mendung itu.
Benar saja. Begitu tinggal berjarak beberapa puluh depa, mendung hitam itu ambyar dan menyerbu pasukan Galuh Pakuan. Ternyata mendung itu adalah kumpulan dari ratusan ribu kelelawar yang menyatu. Binatang binatang malam kecil itu bukanlah kelelawar biasa. Saat menyerbu, terlihat taring taring kecil tajam berwarna kemerahan. Bahkan dari taring runcing kecil itu menetes cairan berwarna merah kehitaman.
Inilah salah satu jenis kelelawar langka yang hanya bisa dijumpai di pesisir pantai selatan barat Jawa. Jenis kelelawar ini biasa disebut Lawa Wisa. Jenis yang sangat beracun dan bisa membunuh binatang besar seperti sapi atau kerbau dalam sekejap kemudian menghisap habis darahnya.
Dewi Mulia Ratri dan Andika Sinatria mengenal binatang berbahaya dan langka ini dari buku buku pengetahuan di istana. Keduanya berteriak memperingatkan para pasukan agar masuk dalam tenda tenda untuk berlindung.
Kontan saja pasukan pengawal istana itu kalang kabut semuanya. Keluarnya seruan peringatan dari sang pangeran dan panglima Kujang Emas Garuda itu berarti bahaya. Pasukan yang berjumlah puluhan orang itu serabutan menuju tenda terdekat untuk berlindung.