Senyum itu, senyum paling tengil yang pernah dijumpainya. Tapi..dia rindu sekali pada senyum itu. Gadis cantik itu tetap cemberut namun tangan kanannya menggenggam tangan Arya Dahana. Ingin dia memeluk erat tubuh kurus pemuda itu. Tapi alangkah lucunya jika itu terjadi. Di tempat yang tak terlalu jauh Andika Sinatria yang dia tahu juga mencintainya, sedang bertempur melawan musuh. Sedangkan di sini, dia berpelukan dengan nyaman bersama pemuda dekil ini.
Hi hi hi...pikiran ini menerbitkan geli sekaligus miris di hati Dewi Mulia Ratri. Entah bagaimana kisah cinta yang aneh dan rumit ini terjadi.
Belum lagi saat terlintas di benaknya sosok wanita cantik sakti yang sedang terluka dan kesakitan saat usai perang Blambangan. Sosok Dyah Puspita yang dipeluk dengan erat dan khawatir oleh Arya Dahana.
Uuuuuhhh...pikiran ini membuyarkan kehangatan yang tadi sudah mulai merambati hati Dewi Mulia Ratri. Ditepisnya tangan Arya Dahana dengan tiba tiba. Dewi Mulia Ratri membalikkan tubuhnya lagi menghadap pertempuran antara Andika Sinatria melawan Bimala Calya.
Bimala Calya semakin terdesak hebat. Gadis cantik ini hanya bisa bertahan tanpa sanggup lagi balas menyerang. Puluhan pasukan berkuda yang dibawanya sudah menghunuskan pedang masing masing. Siap menyerang dan mengeroyok Andika Sinatria.
Tanpa diduga duga, beberapa sosok bayangan tiba tiba muncul dari balik pepohonan dan terjun ke dalam pertempuran serta menyerang Andika Sinatria. Tiga laki laki bertopeng tengkorak membantu Bimala Calya. Ilmu tiga orang bertopeng itu setingkat dengan yang dimiliki Bimala Calya.
Meskipun dikeroyok oleh empat orang. Pangeran tampan Galuh Pakuan itu bisa menahan dengan baik. Pemuda itu memainkan sekaligus Ilmu Lampah Dangdaunan dan Lengkah Maung Kalaparan. Pertempuran menjadi agak seimbang dan sengit sekarang.
Dewi Mulia Ratri yang melihat ini tidak tinggal diam. Dia tidak akan ikut campur jika pertarungan dilakukan satu lawan satu. Namun jika sudah main keroyok seperti ini, tidak boleh sama sekali dibiarkan. Tubuh gadis cantik ini melesat ke depan membantu Andika Sinatria.
Dua lawan empat, tapi yang dua menguasai pertempuran. Gelanggang kembali berlangsung berat sebelah. Bimala Calya mengeluh dalam hati. Meskipun kedatangan Tiga Maut Lembah Tengkorak tadi sejenak bisa membuatnya bernafas lega, namun masuknya gadis cantik yang satu ini membuat dia kembali tidak berkutik. Meskipun tidak telak, beberapa pukulan sudah mengenai tubuhnya. Demikian pula Tiga Maut Lembah Tengkorak. Tubuh mereka juga mulai babak belur dihajar pukulan pukulan Andika Sinatria.
Hingga suatu ketika, pukulan ajian Lembu Sakethi Dewi Mulia Ratri telak mengenai dada kiri Bimala Calya. Gadis itu menjerit keras dengan nada sangat kesakitan. Tubuhnya terguling guling di tanah. Saat mencoba bangkit, gadis ini memuntahkan darah segar yang cukup banyak sehingga kembali jatuh terduduk. Beberapa pengawal istana Galuh Pakuan termasuk Si Tangan Baja mendekat dan berniat untuk memberikan pukulan dan serangan penghabisan.
Arya Dahana terkejut melihat ini. Tubuhnya melesat ke depan untuk melindungi gadis yang terluka itu dari pukulan mematikan. Lima orang pengawal terpental tubuhnya berpelantingan ke segala arah. Arya Dahana membatasi tenaganya sehingga lima pengawal itu tidak terluka.