Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api

25 Desember 2018   12:30 Diperbarui: 25 Desember 2018   12:56 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andika Sinatria bergerak untuk menotok bagian tubuh gadis itu agar tidak bisa melarikan diri lagi.  Namun Bimala Calya bukanlah gadis kemarin sore yang mudah ditaklukkan.  Gadis itu menghindar dengan cepat dan bahkan balik menyerang Andika Sinatria dengan pukulan mematikan.  

Terjadilah saling serang menyerang dengan hebat.  Sebentar saja Bimala Calya kerepotan.  Tingkat Andika Sinatria masih lebih tinggi daripada dirinya. Dewi Mulia Ratri tidak mau ikut ikutan.  Gadis itu justru tertarik menghampiri Arya Dahana yang sedang mengatur nafas karena mengeluarkan banyak tenaga secara berlebihan menghadapi pertempuran melawan pasukan kelelawar yang berbahaya tadi. 

"Dahana, kamu memenuhi janjimu untuk mengunjungiku...aku bahagia. Hanya saja aku tidak menduga kita bertemu di sini, apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini? Kenapa tiba tiba kamu muncul di sini?"  Dewi Mulia Ratri memberondong Arya Dahana dengan pertanyaan sambil menatap pemuda itu penuh rindu.

Arya Dahana menatap dalam dalam mata gadis yang telah mencuri hatinya ini. Melirik ke pertempuran antara Bimala Calya dengan Andika Sinatria. Menghela nafas panjang lalu berkata pelan,"Aku juga bahagia bisa bertemu denganmu Ratri.  Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju Tlatah Ujungkulon.  Ada seorang tabib sakti di sana yang bernama Ki Sasmita.  Aku sedang mencarikan obat seorang yang terluka parah oleh pukulan Bayu Lesus tokoh sesat Madaharsa."

Dewi Mulia Ratri memerah pipinya.  Hmmm... jadi pemuda ini bukan sengaja mencarinya? Mendadak ada sentuhan jarum di sudut jantungnya. Namun gadis ini memaksakan diri tersenyum.   

"Siapa yang terluka Dahana?  Pasti orang itu sangat berarti bagimu sampai kamu jauh jauh mencarikan obat untuknya.  Kakak Puspa ya?"

Arya Dahana tersenyum kecut,"bukan...bukan Puspa yang terluka parah.  Orang itu gadis dari Istana Laut Utara.  Kamu pernah bertempur dengannya di perang Blambangan."

Dewi Mulia Ratri tersentak seperti tersengat kalajengking.  Hatinya yang tadi hanya tertusuk jarum, sekarang terbakar menyala nyala.  Pemuda yang mencuri hatinya ini rela berkorban menempuh jarak yang sangat jauh  demi gadis yang tak pernah akur dengannya.  Jangan jangan....pemuda ini mencintai Putri Anjani? 

"Huh! Rupanya gadis cumi cumi itu yang kamu bela mati matian!  Sudah sana...pergilah!" Dewi Mulia Ratri cemberut dan marah luar biasa.  Gadis itu sudah berniat membalikkan badan pergi.  Namun lengannya ditahan dengan lembut oleh Arya Dahana.

"Ratri...setelah sekian lama kita bertemu lagi....sayang sekali jika yang kau perlihatkan hanyalah amarah....  aku membantunya murni karena kemanusiaan.  Bukan karena sebab lainnya..." pemuda itu tersenyum sabar sambil tetap memegang lengan gadis itu dengan lembut.

Dewi Mulia Ratri yang masih sangat panas hatinya menoleh ke Arya Dahana.  Dia tadi berniat menepis tangan pemuda itu.  Tapi setelah dilihatnya tatapan mata dan senyum pemuda itu, hatinya luluh seketika.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun