Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api

25 Desember 2018   12:30 Diperbarui: 25 Desember 2018   12:56 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bab III

Kau takkan pernah berhasil menepis mimpi 
Sekalipun kau berusaha setengah mati
Hingga darahmu menggelegak
Amarahmu bergolak
Hatimu memberontak
Mimpi itu akan selalu hadir menjelma
Dengan ikhlas ataupun paksa
Sampai kau berhenti berteriak putus asa
Nyatakan bahwa cinta itu memang ada

 

Bab IV

Gunung Pangrango.  Setelah beberapa purnama dibutuhkan untuk menyelesaikan serah terima sementara Garda Kujang kepada Pangeran Bunga dan beberapa urusan lainnya terutama yang menyangkut urusan perbatasan, Dewi Mulia Ratri dan Andika Sinatria memulai perjalanannya ke pantai selatan dan sekarang tiba di gunung yang terkenal akan keindahan alamnya itu.  

Mereka sudah menempuh perjalanan selama beberapa hari.  Sengaja perjalanan dilakukan dengan tidak tergesa gesa.  Agar sebanyak mungkin informasi bisa diserap tentang keberadaan Perkumpulan Kelelawar.  Namun tidak banyak informasi yang bisa mereka dapatkan.  Perkumpulan itu benar benar misterius dan sangat rahasia.

Hanya sepotong kecil keterangan dari seorang pengemis setengah gila yang mengatakan bahwa pesisir selatan Pelabuhan Ratu adalah sarang hantu dan dedemit mengerikan semenjak kedatangan seorang wanita tua beserta anak gadisnya yang gila.

Keterangan yang cukup gila dari seorang gila itu membuat Andika Sinatria berpikir keras.  Bukankah yang disebut telik sandi adalah Panglima Kelelawar?  Pastilah seorang lelaki gagah perkasa yang mempunyai kesaktian dan pengaruh luar biasa.  Tetapi kenapa yang disebut sebut orang gila itu adalah seorang wanita tua dan anak gadisnya yang gila?  

Astaga! Andika Sinatria menggeleng gelengkan kepala tidak mengerti  

Dewi Mulia Ratri tidak berusaha berpikir panjang.  Selama dalam perjalananpun gadis ini hanya banyak diam.  Andika Sinatria lah yang banyak berbicara dan bercerita.  Dewi Mulia Ratri mengherani dirinya sendiri.  Seharusnya dia merasa sangat berbahagia karena bisa melakukan perjalanan bersama sama pangeran tampan, jantan dan baik hati ini.  

Namun ada sesuatu yang menggelitik hatinya.  Dia membandingkan perjalanan bersama Andika Sinatria ini dengan perjalanan bersama Arya Dahana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun