Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lara

20 Desember 2018   01:12 Diperbarui: 20 Desember 2018   01:19 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlalu banyak percakapan membuatmu menangisi lara. Kamu seperti pendiam seribu bahasa yang memohon selalu kata-kata. Namun terluka karenanya.

Aku beranjak menerjang ombak. Di lautan pikiranmu yang beronak. Aku temukan banyak sekali perihal. Tentang luapan rasa gagal, masa silam yang pejal, dan cerita-cerita bebal.

Aku tak ingin menyakitimu dengan mengatakan kau tukang bersedih yang berjualan rasa pedih. Aku lebih baik membeli kesakitan itu. Dengan caraku.

Sebaiknya kita tidak perlu lagi banyak bertanya jawab tentang harap. Ini akan membawa kita bercakap-cakap. Selanjutnya kita sama-sama tahu. Kau akan kembali tenggelam dalam airmatamu.

Lara, kata kecil dengan rasa sakit sebesar raksasa. Tinggalkan saja. Jika tidak, kamu akan selalu menangisinya.

Jakarta, 20 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun