Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perahu Terakhir!

18 Desember 2018   17:31 Diperbarui: 18 Desember 2018   18:39 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


cepatlah naiki perahu itu! atau kau akan ditenggelamkan oleh puncak ngilu...

dayung-dayung yang dipancung
oleh kegelapan lautan
pada tengah malam ketika badai hanya serupa cambukan kecil
dari langit yang ikut bersedih
saat melihat seorang perempuan
termangu di pantai
tempatnya menyandarkan harap
pada perahu satu-satunya
agar membawanya menyeberang
menuju pulau terakhir
di mana tanah-tanahnya yang berpasir
sangat cocok untuk membangun rumah bercangkang
kemanapun pergi disebut pulang

itu perahu terakhir! Jangan sampai kau ditinggalkan takdir!

perempuan itu beranjak canggung
menaiki perahu dengan menggendong gunung di punggung
gunung yang siap meledakkan keinginan
jika kelak berjumpa dengan harapan

gunakan tanganmu untuk mendayung! Gunakan hatimu untuk melambung!

perempuan itu mulai mendayung
menggunakan tangannya yang bekas menepis rasa canggung
memakai hatinya yang kebas terhadap rasa murung

saatnya berangkat! Dunia belum lagi kiamat, untuk apa berlambat-lambat!

Siak, 18 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun