Bertarung demi kekuasaan dan tahta
Selalu saja membawa korban dari yang jelata
Api yang membakar
Semangat yang berkobar
Adalah amukan hati yang dipenuhi ambisi
Air yang membanjir
Sedih dan airmata yang hadir
Adalah akibat dari sebab sebuah takdir
Â
Bab XIII
Perbatasan Majapahit-Blambangan. Â Alas Garahan diramaikan oleh denting suara senjata beradu. Â Sepasukan berbaju hitam hitam melawan sepasukan berbaju putih putih yang dibantu orang orang berbaju merah dan hijau. Â Pertempuran pecah di pagi yang murung antara pasukan penjaga perbatasan dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Blambangan. Â
Pasukan berbaju hitam hitam itu adalah pasukan perbatasan Kerajaan Majapahit. Â Pasukan yang berbaju putih putih adalah pasukan perbatasan Kerajaan Blambangan. Â Orang orang berbaju merah yang membantu adalah pasukan dari perkumpulan Malaikat Darah. Â Sedangkan orang orang yang berbaju hijau adalah pasukan dari Istana Laut Utara.
Rupanya Ki Hangkara berhasil membujuk Laksamana Utara untuk membelot dari kekuasaan Majapahit. Â Istana laut utara memiliki pasukan yang terdiri dari orang orang terlatih. Â Tidak banyak memang. Â Mungkin hanya ratusan orang. Â Tapi ratusan orang ini adalah orang orang tangguh dan pilihan. Â Sekitar seratus orang dari pasukan itu dikirimkan ke Blambangan untuk memperkuat perbatasan. Â Begitu pasukan itu tiba, pertempuran ternyata sudah pecah selama beberapa hari. Â Langsung saja pasukan itu terjun membantu pasukan perbatasan Kerajaan Blambangan.
Orang orang berbaju merah yang merupakan anggota dari Perkumpulan Malaikat Darah sebenarnya secara tidak sengaja terlibat dalam pertempuran di perbatasan tersebut. Â Orang orang itu adalah sebagian orang yang sedang mengungsi dan berencana pindah ke Gunung Raung. Â
Sesuai dengan rencana Ki Hangkara, utusan Kerajaan Blambangan telah berhasil menemui Malaikat Darah Berbaju Merah di Gunung Semeru. Menyampaikan pesan bahwa Kerajaan Blambangan menyediakan tempat di Gunung Raung sebagai markas perkumpulan yang baru. Â Karena anggota perkumpulan berjumlah ribuan, maka perpindahan dilakukan dalam kelompok kelompok kecil berjumlah puluhan orang yang menyamar sebagai petani agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak Majapahit. Â
Apalagi semenjak Pasukan Sayap Sima mengepung Gunung Semeru, satu satunya pilihan perjalanan adalah melalui pantai selatan yang sangat berbahaya. Â Menembus lebatnya Meru Betiri dan akhirnya mulai memasuki perbatasan di Alas Garahan. Â Saat memasuki perbatasan inilah mereka bertemu dengan pasukan perbatasan Kerajaan Blambangan yang sedang bertempur.
Pertempuran itu sebenarnya bukan perang besar yang sesungguhnya. Â Karena memang sejak dahulu selalu timbul pertempuran kecil kecilan di perbatasan antara kedua pasukan. Â Alasan pertempuran dari hal yang sepele seperti berebut lubuk yang banyak ikannya, atau berebut wilayah hutan yang dipenuhi buah buahan, atau bahkan hanya masalah perebutan perempuan.Â