Aku sangat memahamimu. Seperti aku paham kenapa hujan malam ini hanya turun satu satu. Lebat hanya untuk hutan yang sudah lama tak ada. Deras hanya untuk jeram yang tak lama juga akan menyerupai selokan di kota-kota.
Tapi ternyata ada pemahamanku yang keliru. Hujan di malam ketika bulan Desember membuka pintu, adalah hujan yang sengaja datang untuk mengharu-biru. Mencetak sekian banyak kenangan yang sudah dimusiumkan. Kembali dipajang di halaman depan koran-koran yang dituliskan di benak dan pikiran.
Aku pikir Desember adalah waktu yang tepat untuk mencatat pengeluaran. Apa saja yang telah dibelanjakan. Untuk membeli harapan yang dipamerkan di banyak etalase. Tempat orang-orang tergiur pada kolase.
Aku menghentikan khayalku tepat ketika titik terakhir hujan menyentuh halaman. Semua bayangan lantas menyatu dalam satu kesimpulan. Hujan adalah kebaikan. Sehingga sungguh layak kiranya jika Desember pantas dinobatkan sebagai ladang eunoia. Ketika pikiran-pikiran digiring pada jendela. Untuk melihat keluar bahwa ternyata semua pemandangan adalah taman bunga.
Bogor, 14 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H