Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mencintaimu

14 Desember 2018   10:56 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mencintaimu
sama dengan mengenakan sepatu
di pagi ketika aku terburu-buru
mengejar bus kota
di kota yang tak mengenal cinta

Mencintaimu
tak ubahnya ketika aku
memahat kerasnya batu
menjadikannya arca
lalu memajangnya di museum khusus tentang luka

Mencintaimu
seperti menyaksikan panorama pagi
melepaskan aroma tak kasat mata
dari bunga-bunga yang mekar
namun tak pernah memberi kabar

Mencintaimu
seakan memandu senja
pergi ke tempat tidurnya
lalu kita bertengkar karenanya
siapa yang lebih dulu menidurkannya

Mencintaimu
tak pernah sederhana
seperti memasuki belantara
bertemu banyak hal tak diketahui
namun tetap saja memutuskan untuk saling mencintai

Jakarta, 14 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun