Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Masih Hidup dalam Benakmu

8 Desember 2018   08:02 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:37 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Pixabay.com


Sementara itu. Kau berusaha membunuhku. Dengan sekali dua tikaman kata-kata berbisa. Di rongga dada yang masih menyisakan setidaknya beberapa tanya. Terhadap beberapa rencana untuk mengingat kembali lupa.

Saat itu juga, protokol di ruang kepalaku, menolaknya dengan lusinan bahasa gagu. Yaitu bahasa gurun kepada kekeringan yang membuat setahun penuh musim hujan seolah tak berlaku.

Juga, bahasa laut kepada angin yang meminta agar lidah gelombangnya berhasil menjilati pesisir. Di sanalah semua badai akan berakhir. Sesuai dengan petunjuk takdir.

Setelahnya kau melarikan diri. Berulangkali. Bersembunyi di banyak tempat yang menutupi kemungkinan akan pertemuan. Menjadikan perpisahan itu sebuah kehilangan yang belum bisa ditemukan.

Kau tidak tahu. Aku masih hidup dalam benakmu. Merangkai kemungkinan. Dari susunan urat syaraf yang kebas oleh ketidaktahuan. Menjadikannya satu rangkaian utuh tentang kepastian.

Jakarta, 8 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun