Seringai hujan
mengancam jalanan
di kota yang sebentar lagi mati kelaparan
setelah bosan saling memakan
hujan turun sederas makian
ketika macet menghapus organ tak nyata yang disebut perasaan
menyuburkan rasa tandus
di hati orang-orang yang hatinya ditumbuhi duri-duri kaktus
hujan juga mengaliri terowongan
tempat orang-orang bersembunyi dari khayalan
tentang kota yang ramah
menjemput kepulangan hingga ke rumah
hujan berhenti
tepat di hadapan lampu jalanan yang mati
suasana remang
menyinari kota yang mulai berwajah jalang
hujan demi hujan mendatangi kota
bertamu atau menjajakan rasa jemu
kota akan menerima dan membelinya
sesuai kodratnya, kota adalah tuan rumah sekaligus tukang binatu
Jakarta, 6 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H