Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sebuah Pagi

25 November 2018   06:10 Diperbarui: 25 November 2018   06:13 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di sebuah pagi
ketika purnama seolah ada di ujung tangga
aku berpegangan tangan dengan cemara
berusaha menyesap cahaya
sebanyak-banyaknya
sebelum mendung hitam
kembali menelannya dalam-dalam di tenggorokan

embun bahkan belum terbentuk
hanya kabut tipis
meruam seperti luka
dari masa silam yang belumlah terlalu lama
masih dalam kalender yang sama

sehelai daun markisa
ditakdirkan mengering di musim hujan
perlambang anomali
tak selamanya kelimpahan itu menghidupi

bau harum khas menguar di udara
entah dari mana
mungkin dari segelas kopi yang belum diberi gula
atau dari rerumputan yang kembali melahirkan anak-anaknya

di sebuah pagi
ketika purnama utuh menampakkan diri
sebait puisi menemui kata-katanya
memberikan pernyataan cinta yang paripurna

Bogor, 25 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun