Saat itu kau beranjak pergi. Padahal kita belum selesai merumuskan kata pulang. Juga definisi tentang datang. Lalu aku melihat banyak kata. Menelanjangi punggungmu yang dijatuhi cahaya matahari.
Kata-kata yang entah bagaimana membuatku ingin menuliskan puisi. Mengenai apa saja. Mungkin tentang senja, bahaya, dan cuaca.
Kau perempuan senja, sedangkan aku lelaki berbahaya. Kita berdiri di lingkaran cuaca yang sama. Membidik kemarau agar jatuh di pangkuan. Lantas bersama-sama kita rajam jadi hujan.
Saat kau sudah begitu jauh berlalu. Kilau kata-kata masih terpantul dari punggungmu. Aku melepaskan diri dari rasa termangu. Besok begitu kita bertemu. Aku akan akan mencari di pupil matamu. Siapa tahu banyak kata-kata yang berhasil menyihirku di situ.
Pematang Siantar, 22 Nopember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H