suara-suara ramai. Terdengar di balik pintu itu. Pintu yang kusennya baru saja dipahat waktu. Entah percakapan apa, antara siapa, tak ada yang tahu.
padahal pintu itu baru saja ditutup. Juga oleh waktu. Dan beberapa kubik tanah merah. Dipadatkan kaki-kaki lemah. Dari wajah sembab. Dan airmata yang lembab.
sementara di sini. Begitu sepi. Pintunya terbuka menganga. Selebar-lebarnya. Sama sekali tak ada suara. Jangankan berbincang. Berbisik pun dianggap lancang. Oleh orang-orang, yang sedang berduka, menghabiskan rasa kehilangan.
di balik pintu itu. Penghuninya kehabisan waktu. Segala hal dibebas tugaskan. Hidupnya sudah disempurnakan.
di pintu yang ini. Pemiliknya masih harus berkelindan. Berkubang kericuhan. Menunggu giliran. Bukan untuk berbincang kematian. Tapi diperbincangkan kehidupan.
Bogor, 21 Nopember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H