Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keramaian di Balik Pintu

21 November 2018   06:50 Diperbarui: 21 November 2018   07:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

suara-suara ramai. Terdengar di balik pintu itu. Pintu yang kusennya baru saja dipahat waktu. Entah percakapan apa, antara siapa, tak ada yang tahu.

padahal pintu itu baru saja ditutup. Juga oleh waktu. Dan beberapa kubik tanah merah. Dipadatkan kaki-kaki lemah. Dari wajah sembab. Dan airmata yang lembab.

sementara di sini. Begitu sepi. Pintunya terbuka menganga. Selebar-lebarnya. Sama sekali tak ada suara. Jangankan berbincang. Berbisik pun dianggap lancang. Oleh orang-orang, yang sedang berduka, menghabiskan rasa kehilangan.

di balik pintu itu. Penghuninya kehabisan waktu. Segala hal dibebas tugaskan. Hidupnya sudah disempurnakan.

di pintu yang ini. Pemiliknya masih harus berkelindan. Berkubang kericuhan. Menunggu giliran. Bukan untuk berbincang kematian. Tapi diperbincangkan kehidupan.


Bogor, 21 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun