pada sebuah luka, yang darinya masih mengalir darah segar. Seorang perempuan mengambil kaca yang memar. Mencoba bercermin secantik-cantiknya, dan melihat raut mukanya dipahat sempurna oleh airmata. Dingin serupa arca.
perempuan itu melemparkan pecahan kaca ke halaman, yang sedang habis-habisan dicuci hujan. Halamannya begitu berbelukar. Sampai-sampai wangi kemuning dan melati saling tertukar.
perempuan yang selalu merasa terluka, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menakar duka. Menimbangnya dengan seksama. Memilih duka mana yang terbaik, memilah mana duka paling pelik.
itu semua akan disarikan dalam pertunjukan drama kolosal. Di langit yang digambar sengitnya mural. Malam ini. Mumpung langit sedang sepi. Tak ada bintang. Tak ada bulan. Tak ada juga kekacauan.
pada sebuah luka, yang sayatannya masih belum terbebat tuntas. Perempuan itu mengadukan dukanya pada daun-daun beluntas. Daun yang mampu memerahkan kembali harapannya yang pucat pias.
Bogor, 9 Nopember 2018