Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fragmen Besar Pagi

2 November 2018   06:42 Diperbarui: 2 November 2018   07:45 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pagi mulai hiruk-pikuk dengan dirinya sendiri
menadah setiap embun yang berjatuhan
ke cawan-cawan yang dijajarkan untuk tempat minum burung penyanyi
mengeringkan jalanan yang masih basah oleh bekas hujan semalam
meminjam kebaikan hati helai-helai cahaya matahari
juga mempersiapkan banyak tumpangan
bagi orang-orang yang ingin memberangkatkan diri
menuju berbagai tempat yang dinamai perhentian
atas permintaan sekian banyak keinginan

kereta dan bus kota mendenguskan kegembiraan
ketika penumpang dengan wajah berseri-seri
menjejakkan langkah mereka di trotoar yang masih kedinginan
hari ini akan berulang lagi sebuah pertaruhan hati
kota akan menjadikan mereka budak belian
atau menghadiahi mereka manisnya setangkup roti

fragmen besar pagi
disusun dari skenario kecil bagaimana menuju sore hari
menjadi serigala berbulu angsa
atau segelas teh berasa tuba
atau menjadi dua-duanya
atau tidak menjadi apa-apa di antaranya
karena pilihan tidak berarti harus dipilah
karena memilih tidak lantas usai semua masalah

Jakarta, 2 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun