Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Wajah Mimpi

30 Oktober 2018   09:31 Diperbarui: 30 Oktober 2018   16:53 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bahkan semenjak dinihari
kau memecahkan cermin di langit-langit kamar
dari sana bermunculan mimpi-mimpi tak terduga
kau tak tahan terus berpusar di dalamnya

mimpi itu tak datang bertamu
ber-uluk salam lalu berbasa basi
;hai sayang
semoga tidurmu diwangikan kembang
dinyanyikan lagu riang tentang kumbang-kumbang

Tidak! Sama sekali bukan!

mimpi adalah perompak ingatan
kedatangannya selalu membawa tombak dan pedang
siap melukai
tanpa harus berucap permisi
seketika itu juga sanggup melanun keseluruhan hati

mimpi yang baik hati
terkadang juga menyinggahi
dengan cara sesederhana oksigen berderma tanpa berhitung
pada setiap degup jantung
melalui kembang kempis hidung

terutama bila pada siang harinya kau berkhidmat muka
ikut menyebarkan kabar bahagia
bagi siapa saja
tentang apa saja

Bogor, 30 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun