ini semua tentang pagi. Ketika serakan jarum dari cemara yang menggugurkan daun. Terlihat seperti kekacauan. Padahal bukan. Bila diperhatikan lebih dalam. Maka kita akan menemukan sebuah mosaik sempurna yang akan bisa membuat mata berkaca-kaca. Daun-daun itu gugur dengan bahagia.
juga saat rerumputan menjadi pemakaman. Atas bunuh diri bahagia embun-embun yang menjatuhkan diri dengan sengaja. Atas nama cintanya yang tak pernah berpura-pura. Kepada pagi yang selalu memberinya kesempatan. Menobatkannya sebagai simbol kecantikan.
seandainya pagi ini dilengkapi dengan lantunan kidung wuyung. Dari seorang gadis yang hatinya dipatahkan mendung. Meneteskan dua butir airmata. Satu untuk hatinya. Satu untuk bahagia. Yang pergi meninggalkannya. Untuk sementara. Sampai dia paham bagaimana cara memulangkan duka.
seumpama pagi ini kicau burung diartikan dalam bahasa kemanusiaan. Mungkin kita akan bersegera mengirimkan ratapan. Ke alamat yang ditinggali kebahagiaan. Tanpa banyak pertanyaan.
Bogor, 30 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H