Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunuh Diri yang Bahagia

30 Oktober 2018   08:17 Diperbarui: 30 Oktober 2018   08:34 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ini semua tentang pagi. Ketika serakan jarum dari cemara yang menggugurkan daun. Terlihat seperti kekacauan. Padahal bukan. Bila diperhatikan lebih dalam. Maka kita akan menemukan sebuah mosaik sempurna yang akan bisa membuat mata berkaca-kaca. Daun-daun itu gugur dengan bahagia.

juga saat rerumputan menjadi pemakaman. Atas bunuh diri bahagia embun-embun yang menjatuhkan diri dengan sengaja. Atas nama cintanya yang tak pernah berpura-pura. Kepada pagi yang selalu memberinya kesempatan. Menobatkannya sebagai simbol kecantikan.

seandainya pagi ini dilengkapi dengan lantunan kidung wuyung. Dari seorang gadis yang hatinya dipatahkan mendung. Meneteskan dua butir airmata. Satu untuk hatinya. Satu untuk bahagia. Yang pergi meninggalkannya. Untuk sementara. Sampai dia paham bagaimana cara memulangkan duka.

seumpama pagi ini kicau burung diartikan dalam bahasa kemanusiaan. Mungkin kita akan bersegera mengirimkan ratapan. Ke alamat yang ditinggali kebahagiaan. Tanpa banyak pertanyaan.

Bogor, 30 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun