sambil berdiri membelakangi lazuardi. Lelaki itu menyesap kopi yang diaduknya bersama sisa bayangan matahari. Ampasnya nanti akan berguna. Untuk melaburkan hitam pada jingga. Milik senja.
lelaki itu memilin sengat yang didapatnya dari lebah yang tersesat. Ini cukup untuk membuat senja terlompat. Kesakitan dan keracunan. Lalu lebam biru kehitaman.
entah apa yang ada dalam pikirannya sejak tadi. Lelaki itu menandai tempatnya berdiri menggunakan duri. Diambilnya dari mawar mati. Ini juga cukup untuk membuat luka. Pada senja yang tak hentinya memanggungkan pesona.
juga tersedia. Cemeti dari kuda terbaik di dunia yang barangkali bahkan sanggup melompati neraka. Akan cukup membuat senja jerih. Terbirit-birit ketakutan akan perih.
lelaki itu menyiratkan rasa berbahaya. Dari kerling matanya yang sangat bercuka. Berniat merendam senja dalam larutan alkali. Hingga mati.
lelaki itu penyuka pagi. Pada pagi dia pernah berjanji. Tak ada aral yang sanggup membuatnya menjadi binal. Kecuali jika terpaksa harus melanggar beberapa perihal sakral.
lelaki itu berpaling untuk melemparkan keseluruhan geram. Tapi yang dihadapinya bukan lagi senja yang muram. Namun malam yang jauh lebih mencekam.
pada akhirnya. Seperti bagaimana akhiran sebuah drama. Ketika lelaki itu merasa dirinya masih juga berbahaya. Dia lalu membunuh hatinya.
Bogor, 29 Oktober 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI