dalam sebuah dimensi pekat. Seorang lelaki laknat coba menyudahi seringainya yang mirip serigala. Berusaha tersenyum sekuat tenaga agar persis aktor tampan India. Gagal! Tersengal-sengal.
bibirnya malah membentuk malam. Mengancam. Hatinya mengeras seperti tanduk yang terbuat dari campuran cadas dan tulang. Lelaki itu kemudian menyusut sekecil belalang. Alih-alih terbang. Tubuhnya malah tersesat dalam hutan ilalang.
ketika panas matahari hanya tinggal satu inchi dari ubun-ubun kepala. Lelaki itu siuman seadanya. Separuh kesadarannya tertunda. Tak ubahnya kapal besar yang hendak masuk terusan sempit. Mesti dituntun agar tubuhnya tak berhimpit. Oleh kapal tunda.
lelaki yang pernah mengumumkan rindu pada pasir-pasir yang diukir menjadi menhir, mencabut sehelai cahaya lampu yang singgah di matanya. Tatapannya lebih diam dari kertas buram. Kusam. Sepertinya lelaki itu hendak menabrakkan dirinya pada puncak hening. Tatapannya makin mengering.
sebentar lagi pasti terbakar. Dipantik angin yang diutus untuk membawa kabar. Tentang angsa yang kehilangan warna putihnya. Sebab dihujani abu entah darimana datangnya.
lelaki itu memutuskan untuk gila. Mengupas isi kepala dan menuliskan segenap gulita. Bersama hatinya yang tergesa-gesa memasuki keranda.
Bogor, 28 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H