Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Upaya Bunuh Diri yang Melankolis

27 Oktober 2018   14:37 Diperbarui: 27 Oktober 2018   14:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ketika Set, sang dewa kematian
memperkenalkan dirinya untuk kali kesekian
menyiratkan hikayat bahwa wabah, bencana dan kekacauan
adalah bagian kecil dari alarm peringatan
;bumi tidak tua dengan sendirinya
tapi direntakan secara sengaja
dengan kerut merut yang dipaksakan
oleh beragam angkara dan ketamakan

ketika Ra, sang dewa matahari
rela melempar dirinya ke bumi
melewati langit yang terlihat sakit
di hampar cakrawalanya tercium bau sangit
hatinya mendadak pahit
;langit tidak saja sedang sekarat
tubuhnya dipenuhi rupa-rupa karat
melepuh
tak akan butuh waktu lama untuk runtuh

mereka semua, bangkit dari sarkofagus
mengendarai badai yang tersusun dari pasir hangus
menjadi saksi atas peradaban yang melahap habis
tanah subur, udara segar dan sisa-sisa gerimis
;sungguh! semuanya adalah upaya bunuh diri yang melankolis

Jakarta, 27 Oktober 2018
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun