Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dini Hari

25 Oktober 2018   06:40 Diperbarui: 25 Oktober 2018   08:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

selarik cahaya
jatuh di sela-sela atap berlubang
pecah di ubin yang dingin
menjadi kepingan puzzle rahasia
;cahaya darimana sedangkan ini malam buta
tak nampak purnama
juga lampu jalanan sudah lama pecah matanya

suara tembang
menyusup di antara angin yang berlalu-lalang
merobek-robek keteguhan hati
orang-orang yang terperangkap dalam lamunan sunyi
;itu mungkin tembang dinihari
dari bidadari yang sengaja menyesatkan diri
pada area pertemuan antara langit dan bumi

sekeping hati
luruh menjadi serpihan kecil
menyerupai remah roti
yang sengaja dibuang dengan hati-hati
untuk menjadi jejak yang tak bisa lekang
agar kelak bisa kembali pulang
;tak lagi terbuang di padang ilalang
tempatnya selama ini menghilang

Simalungun, 25 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun