Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kepada Perempuan

23 Oktober 2018   22:25 Diperbarui: 23 Oktober 2018   23:26 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepada perempuan yang pada payudaranya menyusu kota-kota besar. Maka dia adalah ibu takdir bagi ketergesaan para penghuninya. Memburu nasib. Atau diburu rasa pahit.

Kepada perempuan yang pada bibirnya bergincu amarah pantai-pantai berombak. Maka dia adalah kekasih badai yang tak cuma berhenti pada keributan anginnya. Namun juga kehancuran setelahnya. Dia adalah duka yang sesungguhnya.

Kepada perempuan yang pada sepasang matanya terletak puncak panas matahari. Maka dia adalah ketegasan. Tak peduli terhadap kemarau ataupun hujan. Bahwa musim adalah setiap peluh atau airmata yang diteteskan.

Kepada perempuan yang pada tenggorokannya tersemat nyanyian purnama. Maka dia adalah dongeng sebelum tidur. Ketika anak-anak merasakan matanya lamur. Kehilangan penglihatan atas masa kanak-kanaknya.

Kepada perempuan yang bersimpuh atas segala derita dan sukamu. Mengangkat kedua tangan dan menyerahkan doa-doa terbaik kepada Tuhan. Sambil melinangkan kerelaan yang tak punya waktu penghabisan. Maka dia adalah ibumu.

Simalungun, 23 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun