Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menerjemahkan Beberapa Bahasa

18 Oktober 2018   18:34 Diperbarui: 18 Oktober 2018   18:40 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku kesulitan menerjemahkan pagi ini. Bahasanya terhadap matahari agak mengandung misteri. Perlu kehangatan tapi enggan meninggalkan dingin. Butuh terang tapi pada kegelapan masih juga ingin.

itu seperti bahasa anak gadis yang menginginkan gula-gula. Pada cicipan pertama langsung dimuntahkannya. Terlalu manis katanya.

namun ternyata mudah saja menerjemahkan maunya senja apa. Dia tak mau apa-apa. Cukup berikan beberapa cinta. Dari beberapa pasang mata yang menatapnya memuja. Lalu berterimakasih secara sederhana; jinggamu begitu indah wahai senja!

ini bahasa seorang jejaka yang sedang mengagumi cinta. Sedikit berlebihan tapi begitulah adanya kenyataan.  

aku mereka-reka dalam diam. Seperti apa bahasa malam. Terhadap temaram yang rajin memeluknya sepenuh hitam. Mungkin saja bahasa yang bermajaskan metafora. Mengandaikan hitam sebagai busana upacara. Atas segala ritual yang terjadi padanya.

Barangkali juga bahasa yang tertata rapi. Lengkap dengan atributnya yang terlepas dari sunyi. Tentang malam yang terang benderang. Atas kedatangan purnama yang sedang bertandang.

Bogor, 18 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun