Semua hal kecil itu berharga
Ketika kau menemui orang-orang tertawa di kedai kopi. Entah mentertawakan apa. Mungkin nasib, atau mungkin juga rasa pahit, di setiap sesapan yang tak sanggup hilang secepat-cepatnya. Atau malah mereka mentertawakan pahitnya nasib yang justru berakhir bukan di ujung lidah mereka.
Kemudian kau selalu menjumpai tetesan air sisa hujan di teras rumah. Di tempat yang sama. Mengenai ujung ubin yang sama. Seolah semua kejadian akan selalu berulang jika tak ada niat apapun untuk merubahnya.
Sebuah bisikan dalam tidur kau hadapi setiap malamnya. Bisikan yang memberitahumu tentang awal mula mimpi terjadi. Bisikan itu menyuruhmu mempersiapkan diri. Tak usah berlari menghindar. Atau terbangun dengan mata nanar.
Perempuan hamil yang sedang berdoa. Kau temui keesokan harinya. Di sebuah terminal pesing yang dipenuhi rasa bising. Dalam doanya perempuan itu menyapa Tuhan. Berpengharapan. Kelak bayinya akan tumbuh menjadi hal besar. Menyelesaikan semua hal sebelum bubar.
Bunyi bel sepeda mengejutkanmu. Sebuah peringatan mungkin. Atas peristiwa yang belum terlaksana. Namun pasti akan terlaksana. Yaitu sebuah perjalanan. Kemanapun itu akan menepikan tujuan.
Jakarta, 17 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H