kepada langit malam perempuan itu tengadah
mencari di sana barangkali ada cinta yang tumpah
mungkin dari gugusan bintang
di tampilan etalase rasi yang terang
kepada keramaian jalanan perempuan itu mencari kata-kata
paling tepat untuk memindahkan sunyi yang bergelayut di mata
juga letih tak kira-kira
yang membuat akar pohon di dalam jiwa
kepada purnama yang masih jauh perempuan itu mengajukan keluhan
begini rupanya menjadi kekasih bulan
hati mudah sekali menyempit
terutama saat lekuk tubuh bulan sedang menyabit
kepada kesendirian perempuan itu melemparkan tatap mata
inilah sosok yang menemaninya begitu lama
mengaku mengasihi padahal sebenarnya menjejalkan sunyi
mengatakan mencintai namun sesungguhnya hanya menunggunya mati
kepada dirinya sendiri perempuan itu mempersembahkan bait-bait puisi
tentang kegembiraan dan kebahagiaan yang lama berbasa-basi
menghiburnya saat menjelang pagi
namun sekaligus memperlihatkan bagaimana cara pagi bunuh diri
Jakarta, 17 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H