Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Simbol Waktu

16 Oktober 2018   15:17 Diperbarui: 16 Oktober 2018   17:46 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(thecreativefinder.com)

Waktu digambarkan sebagai bayangan. Menempel erat seperti nisan pada kuburan. Memberi pertanda. Seperti apa orang-orang memperlakukan nasib di tangannya. Menjadikan tanah subur, atau membuat nasi menjadi bubur.

waktu disimbolkan sebagai mainan anak-anak. Menjelang senja dimainkan sembari berteriak-teriak. Kegirangan. Di senja yang lain dimainkan sambil terbeliak-beliak. Kesurupan.

tak ada yang sanggup melukis waktu seperti apa sebenarnya. Apakah seperti singa yang kehilangan buruan, dengan lidah terjulur kehilangan raungan, tersaruk-saruk menepis rumput kering di kakinya, serasa percuma. Atau seperti kuda perkasa yang berpacu melawan angin, mengalahkan dingin, dengan surai berkibar gagah, tak kenal lelah.

Waktu terus bergulir. Maju ke hadapan tanpa berpikir. Semuanya begitu teratur. Tak pernah sedikitpun kendur. Mengemudikan segala rencana. Melahirkan peristiwa demi peristiwa. Hingga sampai ke tempat sederhana yang disebut pusara.

di sanalah simbol waktu berhenti. Bagi orang-orang yang telah mati.

Jakarta, 16 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun