Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tentang Mimpi

15 Oktober 2018   23:55 Diperbarui: 15 Oktober 2018   23:57 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mimpi sosok-sosok yang kelelahan
di dalam kereta yang berjejalan, laksana wayang berhimpitan
adalah bertemu seorang dalang  
yang bisa merubah nasib malang, ke dalam skenario yang riang

Mimpi para penjual nasi bungkus
di trotoar, terminal maupun pelabuhan yang bersikap rakus
terhadap genapnya cita-cita sederhana
ke dalam ganjilnya hasil yang ada

Mimpi para petinggi yang negerinya sedang terhimpit
oleh pahit dan rasa sakit
adalah bergegas mendaki langit
terbangun dan bangkit

Mimpi para penari yang kehilangan tariannya
setelah dunia maya merompaknya dengan paksa
ke dalam kotak-kotak kecil kaca
adalah menjumpai kecak, saman dan serimpi dalam setiap langgam tidurnya

Mimpi para pengelana yang mencari arti sunyi
rela terbakar matahari
ataupun terperangkap dalam gua yang dingin dan sepi
demi tercapainya keinginan hati

Mimpi dari dinihari
kepada malam yang membuatnya berarti
adalah suara langkah-langkah kaki
menuju pancuran kecil tempat membasuh tangan, muka dan kaki

Bogor, 15 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun