Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setelah Ini, Tak Ada Lagi Apa-apa

15 Oktober 2018   06:44 Diperbarui: 15 Oktober 2018   07:14 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kau bertanya setelah ini apa. Aku coba menjawabnya. Meski ini sebenarnya bukan jawaban. Semua serba kira-kira. Jika saja aku bisa memastikan. Pastilah kau sudah di sampingku sejak lama.

Setelah bumi diaduk sedemikian dahsyat. Manusia seolah hanya segerombolan ngengat. Tersesat terlalu dekat. Di pinggiran matahari. Sayap dan tubuhnya terbakar api. Kemudian berjatuhan seperti hujan. Di laut yang memanggungkan kengerian.

Ini semua tentang konser kematian.

setelah musim berhasil dipecundangi. Manusia menyimpan musim dingin dalam lemari. Membekukannya untuk diri sendiri.  Melempar musim panas ke atas tungku. Menjerangnya hingga menjadi abu. Kita lalu menggigil kedinginan. Sekaligus menggerung kegerahan. Di saat bersamaan.

dan tubuh kita tidak dicipta untuk bisa menerima keduanya. Pada saat yang sama. Konser kematian dilanjutkan menjadi orkestra airmata. Menangisi begitu banyak pusara. Bermunculan secara tiba-tiba.

setelah sekian banyak doa berhasil menumbuhkan sayapnya. Sebagian kecil sampai ke angkasa. Berusaha keras menuju Tuhannya berada. Tak pernah tiba. Salah alamat. Doa-doanya terlalu berat. Sebagian besar doanya mati. Luruh ke bumi. Menjadi hujan. Dalam bentuk asam. Mematikan.

orkestra airmata berubah menjadi keramaian sangkakala.

Setelahnya, tak akan ada lagi apa-apa.

Jakarta, 15 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun