Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu, Dimensi Tak Terpetakan

11 Oktober 2018   01:54 Diperbarui: 11 Oktober 2018   02:10 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada gunanya berseteru dengan rindu. Percuma saja. Rindu tak pernah memusuhi siapa-siapa. Rindu tak lebih dari utusan. Dari hujan kepada awan yang menjatuhkannya. Dari kunang-kunang terhadap malam yang membuatnya bercahaya. Dari bintang pada langit yang memberinya tempat bertahta.

juga dari seorang lelaki kepada perempuan yang membuatnya sanggup merangkai hujan untuk memerangkap kunang-kunang yang sedang dikejar bintang.

Rindu tak bisa dilukai. Dia adalah misteri. Sekerasnya kau coba menghempas, rindu tak akan bisa lepas. Sekuat apapun kau merajam, lebam setitikpun tak akan. Setajam apapun kau libaskan kelewang, rindu tak bergeming dan hanya bergumam; kita tidak sedang berperang, camkan!

Dalam rumus semesta yang satu, rindu adalah waktu. Yaitu waktu yang kau gunakan untuk menggambar langit-langit kamar terhadap wajah yang samar. Waktu yang kau habiskan untuk menyusup perlahan di antara berbingkai-bingkai lamunan. Waktu yang kau buang agar bisa kau punguti lagi karena selalu saja meminta kembali.

Itulah sesungguhnya rindu. Dimensi kesekian yang tak terpetakan.

OKI, 11 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun