Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bagiku, Pagi Itu Seperti Apa

21 September 2018   07:25 Diperbarui: 21 September 2018   08:43 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagiku.  Pagi adalah anak angsa.  Baru pertama kali menyentuh danau yang dingin. Setelah kulit telurnya ditinggalkan. Dengan kecipak raksasa.  Rasanya sungguh menyenangkan.  Memulai sesuatu dengan seluruh perasaan menyatu.

Bagiku.  Pagi adalah embun yang saling berdiaman.  Tapi saling memandang dengan masing-masing mata berkilauan.  Tak lama nanti akan terjatuh berpecahan.  Tapi bukan mati.  Hanya sejenak pergi.  Besok tentu kembali.

Bagiku. Pagi adalah cemara yang menari-nari. Meliuk-liuk dipermainkan angin yang sebenarnya tidak berniat bermain-main.  Hanya ingin agar cemaranya tidak rubuh dalam lamunan.  Pagi terlalu indah untuk dikecewakan.

Bagiku. Pagi adalah kamu.  Melihatmu berdansa bersama bunga-bunga.  Di halaman yang tak lagi kau seraki dengan airmata.  Kini cukup banyak kau gelimangkan dengan binar mata.

Bagi kita.  Pagi adalah cinta. itu saja.

Bogor, 21 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun