Bagiku. Â Pagi adalah anak angsa. Â Baru pertama kali menyentuh danau yang dingin. Setelah kulit telurnya ditinggalkan. Dengan kecipak raksasa. Â Rasanya sungguh menyenangkan. Â Memulai sesuatu dengan seluruh perasaan menyatu.
Bagiku. Â Pagi adalah embun yang saling berdiaman. Â Tapi saling memandang dengan masing-masing mata berkilauan. Â Tak lama nanti akan terjatuh berpecahan. Â Tapi bukan mati. Â Hanya sejenak pergi. Â Besok tentu kembali.
Bagiku. Pagi adalah cemara yang menari-nari. Meliuk-liuk dipermainkan angin yang sebenarnya tidak berniat bermain-main. Â Hanya ingin agar cemaranya tidak rubuh dalam lamunan. Â Pagi terlalu indah untuk dikecewakan.
Bagiku. Pagi adalah kamu. Â Melihatmu berdansa bersama bunga-bunga. Â Di halaman yang tak lagi kau seraki dengan airmata. Â Kini cukup banyak kau gelimangkan dengan binar mata.
Bagi kita. Â Pagi adalah cinta. itu saja.
Bogor, 21 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H