Pulanglah! Mumpung langit Oktober mulai membasah. Tak perlu takut berjumpa kemarau. Satu musim yang selalu kau cemaskan. Kemarau hampir pergi. Saat kau perjalanan kemari, hujan telah utuh lagi.
Kau bisa menggali kenangan yang berjejalan. Dalam satu saja genangan. Itu cukup. Terlalu banyak lubang galian akan membuat hatimu melepuh. Seperti disulut api dari dalam. Tidak berkobar tapi rasanya begitu panas membakar.
Saat pagi membuka mata. Pilihlah mana jendela yang hendak kau buka. Apakah kau ingin bercumbu dengan matahari, atau mencumbui sunyi di senja yang nyaris mati. Lupakan dua jendela lainnya. Kau tak akan menemui apa-apa. Sejauh-jauhnya kau hanya akan menemui pemakaman airmata. Atau duka yang dihamburi gula.
Sepertinya itu bukan pilihan. Tapi sesungguhnya itu sama-sama harapan. Bercumbu dengan matahari benar-benar menghangatkan hati. Mencumbui sunyi di senja yang nyaris mati lebih lagi akan membuatmu percaya diri. Sebab jarang ada yang berani. Pilihan yang ini sama dengan ketika kau harus berhadapan dengan harimau di sangkar sempit empat meter persegi.
Pulanglah! Banyak tempat untuk rebah di sini. Pembaringan yang direnangi melati. Atau jajaran puisi penguat hati di lemari.
Bogor, 17 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H