Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengganti Mimpi yang Tercuri

8 September 2018   07:52 Diperbarui: 8 September 2018   08:36 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika benar mimpimu tercuri.  Segeralah berunding dengan malam untuk melindungi sisa mimpi yang ada.  Jangan biarkan apa yang masih tertinggal kemudian ikut-ikutan tanggal.  Tanpa mimpi, kau akan mengecewakan segenap tidurmu dalam kekosongan pengharapan.

Kau tidak tahu.  Mungkin mimpi yang dicuri justru mimpi-mimpi tentang sunyi.  Kau justru diselamatkan agar tak terlanjur terperangkap dalam labirin gelap yang mungkin kelak membuat sisa hidupmu begitu pengap sampai kau harus mengirimkan badai ke hatimu yang sembab.

Jadi bersyukurlah.  Di setiap senja yang datang, katakan tentang bintang yang sedang kau hias dengan benang dan kunang-kunang.  Benangnya kau pintal menggunakan jarum yang sama saat kau menjahit kenangan pahit.  Kunang-kunangnya adalah pelita kecil yang kau sematkan pada asamu yang kembali meraksasa; kau siap lagi menenun mimpi yang bercahaya.

Sekarang bersahabatlah dengan malam.  Di setiap kegelapannya, malam selalu menyimpan kejutan semanis sulingan nira yang bahkan telah membumbuinya dengan saripati selulosa.  Di setiap misterinya, malam selalu mengudar beberapa rahasia tentang cinta yang datang tanpa dipaksa. Tiba-tiba saja.  Seperti bunga yang dinihari tadi masih menguncup, kemudian saat kau terjaga, mekarnya berhasil mencerahkan ufuk yang nampaknya hendak meredup.

Ini adalah petuah bertuah dari orang-orang yang percaya terhadap mimpi; di setiap mimpi yang tercuri, akan diganti cenderamata lain yang tak kalah berarti.  Jangan berhenti mempercayainya, seperti kau percaya senja akan selalu ada, selama pagi tidak kau tolak kehadirannya.

Bogor, 8 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun