Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Akan Membuatkanmu Mimpi

6 September 2018   23:32 Diperbarui: 6 September 2018   23:41 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagimu, malam adalah jeruji waktu.  Kau terpenjara di dalamnya untuk sekian lama.  Entah untuk kesalahan apa, yang jelas begitu malam menjatuhkan mata, kau pun terkurung tiba-tiba.  Kau hanya sanggup terpana.  Setiap kalinya.

Mungkin saja kau dianggap kerang yang menyembunyikan mutiara.  Diputuskan bersalah atas hilangnya kemilau samudera.  Lalu dihukum jeruji separuh hari.  Separuh lainnya, kau mesti sukarela menyerahkan hati.

Katamu, mimpi jarang sekali hadir saat tidurmu.  Kau selalu berselisih jalan dengannya.  Kau ke utara, malam berhenti membagi cerita.  Kau ke kiri, mimpi tunggang langgang ke kanan berlari.  Entah kenapa, mimpi selalu menjauhi.  Apa barangkali kau dulu pernah berseteru?  Menolaknya sebagai kekasih malammu?

Aku memahami kesakitanmu.  Tanpa mimpi, akan terasa hambar menjumpai pagi.  Kau hanya terjaga, membuka jendela, lalu mengusap hari yang terasa biasa.  Padahal kau selalu memanjatkan pinta, ketika pagi membuka mata, menatap langit-langit kamar, menentramkan hati yang berdebar-debar, sebab mimpi yang kau dapati begitu indah meskipun samar.  

Mulai malam ini, aku akan membuatkanmu mimpi.  Sedari siang aku pergi ke pantai mengumpulkan rumah kecomang.  Aku ingin kau bermimpi mencumbui pesisir.  Membangun istana dari pasir.  Setiap kali gelombang merubuhkan dindingnya, kau bangun kembali dengan hati berdesir.  Karena kau pikir, perjuangan itu tak boleh ada akhir.

Aku juga telah memunguti remah matahari yang tertinggal.  Ini bekalmu untuk membuat mimpi terhangat yang tak terasa janggal.  Terlalu lama kau merupa arca yang dingin.  Sudah tiba waktunya bagimu untuk berangin-angin.  Merasakan rambutmu tergerai bebas mengacau udara.  Menjelajahi dunia mimpi yang luar biasa.

Setelah nanti.  Mimpi yang kubuat datang padamu berulangkali.  Rujuklah dengan malam.  Dekaplah dia dalam dengkurmu yang diam.  Bisa saja mimpimu akan disayapi dengan kunang-kunang.  Mimpimu akan selalu terang benderang.  Sanggup menemukan jalan pulang. Ke rumah yang kau sebut sebagai gugusan bintang.

Jakarta, 6 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun