Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pilihanmu akan Membawamu ke Langit Biru

4 September 2018   10:50 Diperbarui: 4 September 2018   12:02 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau memilih menjadi apa, jika dihadapkan pada dua pilihan, menjadi Elang atau Merpati.  Elang akan membuatmu menguasai udara, mencakarinya, lalu bercinta dengannya.  Merpati akan menjadikanmu sebagai pembawa kabar berita.  Berita baiknya; kau selalu ditunggu; berita buruknya; jika berita yang kau bawa membuat orang menangis tergugu.

Kau ingin bertamu kemana, bila disediakan pilihan dua tempat yang bersahaja, ke pondok pinggir hutan atau gua tepi lautan.   Hutan akan menyuguhi pemandangan pepohonan yang saling berangkulan.  Lautan akan memercikkan kekaguman atas keberanianmu berdiri di bibir karang.  Sembari menunggu petang.

Kau mau melukis apa, ketika pilihan menyuruhmu menggurat kanvas terhadap dua keindahan langka, langit yang berduka atau bumi yang terluka. Langit yang berduka adalah saat bulir-bulir hujan menyusupi hatimu yang terkuras habis-habisan.  Kekeringan.  Bumi yang terluka menuntun matamu pada sungai yang berhenti mengalir.  Airnya tersumbat oleh kotornya pikiran yang mampat akibat digumuli pandir.

Kau hendak mencintai siapa, saat diminta memilih antara aku yang termangu menunggu bulan menjatuhiku atau aku yang menancapkan paku ke dasar hatimu.  Pada pilihan pertama kau akan mendapatkan cinta yang tulus dan gagu.  Di pilihan kedua kau akan menemukan cinta seorang pemberontak yang pada setiap detiknya darahnya menggelegak.

Semua pilihan akan membawamu ke langit biru.  Tidak ada pilihan selain itu.  Kau akan memintal kapas hitam dan putih dari mendung yang merintih. Sambil menyaksikan dari atas pilihan mana kelak yang tak akan memberimu rasa pedih.

Bogor, 4 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun