Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memulung Sunyi Melalui Puisi

1 September 2018   11:50 Diperbarui: 2 September 2018   17:54 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melalui puisi, udara pagi dihirup tanpa basa-basi.  Percikan embun di antaranya, adalah kata-kata yang entah bagaimana bisa mengandung kilau mutiara.  Bersama pucuk cemara, kilau itu serta merta menumbuhkan binar mata.

Melalui sunyi, daun kering yang melayang dalam gerakan lambat, seolah paduan kalimat yang begitu khidmat.  Bisa saja daun itu berhenti di udara. Sebuah sketsa luar biasa yang mudah saja menjaninkan kata-kata.  Sangat sempurna.

Melalui puisi, gerutu debu yang enggan menumpang pada angin yang bisu, menghelakan tarikan nafas berulang-ulang.  Dalam kekusutan ternyata tersimpan begitu banyak kata-kata bertulang.  Menjadikan tubuh frasa menegak.  Seperti berdirinya bulu roma pada isyarat kematian dari burung Gagak.

Melalui sunyi, puisi demi puisi dipunguti dengan hati-hati.  Berceceran di jalanan, selokan dan pinggiran lautan.  Dikumpulkan dalam satu wadah yang ditempa api musim dingin.  Supaya wadahnya tak mudah retak oleh kekeringan dan kegaduhan.  Sehingga puisinya bisa menua dengan sendirinya. Bukan mati muda saat kemarau sedang jadi raja.

Sunyi dan puisi.  Saudara tak sedarah namun satu hati.  Saat hidupnya, bersama-sama menggali lubang pemakaman bagi mimpi yang harakiri karena diabaikan malam.  Saat matinya, berbarengan menghuni peti mati yang dipaku oleh lilin-lilin nyaris padam.   

Bogor, 1 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun