Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Kematian dan Bayangan

31 Agustus 2018   23:08 Diperbarui: 31 Agustus 2018   23:17 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tidak ada orang yang sanggup lari dari kisahnya sendiri.  Seperti bayangan yang sedikitpun tak akan bergeming meski diusir pergi.

Ini tak ubahnya dengan bayi kembar yang tak dilahirkan dari rahim yang sama. Namun selalu mengikut kemana-mana.  Hanya butuh pemisah berupa mati atau cahaya.

Saat meregang nyawa.  Kisah akan berakhir dengan sendirinya.  Ketika cahaya terpenjara dalam gelap.  Bayangan tentu segera ikut melenyap.

Karena itu tak perlu lari dari semua kisah hidup.  Percuma.  Itu hanya akan menjadi ratapan yang tak jauh artinya dari bermain peran dalam drama.

Juga tak usah menepis bayangan.  Itu sia-sia.  Biarkan dia memandu atau mengekor kemanapun langkah membawa.  Kalau kita memaksa.  Kita serupa dengan pelakon yang kehabisan suara pada dialognya, kehilangan ingatan pada setiap adegannya.

Pada kesimpulannya.  Kisah yang abadi adalah kisah dari kematian itu sendiri.  Bayangan yang tak pernah menghilang adalah cahaya yang dipantulkan oleh kelam yang pada waktunya akan selamanya berpulang.

Bogor, 31 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun