Setelah kita sempat berbantah tentang tuba yang berasa semanis perasan Nira. Â Dan bersitegang kenapa madu dari sarang lebah mesti tumpah di genangan jura. Â Ada satu hal lagi. Â Kau sempat menyinggung mengenai rasa senang yang terjeruji. Â Di sebuah pedalaman tempat sunyi dilahirkan. Â Dari rahim kesepian.
Kesepian adalah ibu terbaik bagi kegaduhan. Â Meredam dentaman di dada dengan elusan di kepala. Â Membisikkan kata hiburan yang menggembirakan, dunia belum berakhir sampai kau sendiri memutuskan untuk menguburkan harapan.
Dan disinilah kita. Â Bersama menghadapi kemarahan senja. Â Termangu seperti gunung es yang beku. Â Di samudera putih beralas jejak kaki beruang yang sedang berburu. Â Atas perintah waktu.
Tidak ada alasan sedikitpun untuk berperang kata-kata dengan senja yang sedang berkeruh muka dan mengerutkan alis mata. Â Lebih baik kita menyapanya dengan kidung Dandang Gula warisan Sunan Kalijaga. Â Banyak kebaikan di setiap syairnya. Â Mengingatkan kita dan juga senja, bahwa berbaik sangka ternyata bisa menunda jatuhnya airmata.
***
Jakarta, 27 Agustus 2018