Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Runutan Frasa terhadap Peristiwa

26 Agustus 2018   09:45 Diperbarui: 26 Agustus 2018   10:11 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila perlu. Lumpuhkan aku dengan peluru yang berasal dari bulir airmatamu.  Aku sudah berjanji menanami halaman rumahmu dengan rumpun bambu. Supaya kau tahu bahwa sayatan sembilu tidaklah sepilu itu.

Rumpun bambu lain yang tumbuh di pinggir kali. Adalah sebaik-baiknya perisai. Bagi keruntuhan yang kusut-masai.  Menarikmu ke tengah mata badai.  Terasa landai namun sesungguhnya mampu membuat hatimu tercerai-berai.

Hati yang tercerai-berai hanya bisa dikumpulkan kembali jika kau membawa tempayan. Sekaligus juga kelak untuk menampung hujan. Kemarau masih lama. Alangkah baiknya jika kau menghalau setiap fragmen duka di kepala. Ini akan menjagamu dari nestapa yang mengada-ada.

Nestapa memang tak selalu mengada-ada. Ada kalanya nestapa adalah runutan kejadian sebenarnya. Ketika kita dengan sengaja melukai. Entah bumi entah matahari. Tapi yang pasti, salah satunya saja cukup untuk menghukum kita.  Hanya dengan sekali kedipan mata.

Kedipan mata bumi, kerlingan genit matahari, menyerupai sabetan cemeti berapi.  Terutama bila kita masih saja keras kepala.  Bersitegang dengan hitungan sempoa.  Berapa harga merawat bumi.  Berapa keuntungan memelihara matahari.

Memelihara matahari  tentulah mudah. Tumbuhkan banyak pohon dan bunga.  Langit tentu tak akan gampang terluka.  Merawat bumi tidaklah sulit.  Hindarkan bumi dari jatuh pailit.  Jangan perkenalkan tanah dan lautan dengan rasa pahit. Apalagi dengan segala bentuk rasa sakit. 

Banyak sekali runutan peristiwa yang bisa difrasa ke dalam jalinan sebab akibat. Sebab yang buruk akan melahirkan akibat teruk. Sebab sederhana berakibat semenjana. Sebab sempurna akan mengakibatkan semua hal baik-baik saja.  Kecuali jika kita menodainya dengan sengaja.  Walau cuma setitik saja.  Maka jadilah sebuah peristiwa berkoma.

Bogor, 26 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun