Episode pertama
Tepat saat cahaya matahari yang kuyup. Â Tiba di persinggahan waktu yang redup. Â Hendak meneruskan langkah pulang. Â Terhadang oleh mendung hitam mengangkang. Â Risih. Â Menepi sejenak di pinggiran langit yang bersih. Â Membatin dengan dingin; seandainya aku angin. Â Aku akan pinggirkan segala hal yang menghalangi ingin. Â Aku pendulang gigih angan-angan. Â Bukan pembuang cita dan harapan. Â Mendung hitam hanyalah bagian kusam dari keseluruhan kaca yang terang. Â Aku tak akan mengurungkan niat untuk pulang.
Episode kedua
Angin yang sejak semula berdiam diri. Â Mendadak ribut terhadap kehadiran sunyi. Â Menggeram sejadi-jadinya. Â Menggelinjang semau-maunya. Meniupkan sedikit saja badai. Â Niatnya meyingkirkan banyak lalai. Â Jadilah sunyi merintih-rintih perih. Â Dalam kekalutan yang mendidih; seumpama aku punya perlindungan sekuat tembok besar. Â Aku akan bertahan sebagai kaisar. Â Di kekaisaran tanpa kegaduhan. Â Kalian menyingkirkanku dengan semena-mena. Seolah sunyi adalah wabah petaka. Â Padahal sunyi adalah bagian utama dari mimpi. Â Tanpa sunyi, mimpi apapun tak akan pernah jadi.
Episode ketiga
Warna jingga menyemak. Â Dari merah yang beranak pinak. Â Melahirkan keindahan tanpa permak. Â Senja yang baru tiba. Â Banyak sekali melahirkan kata-kata. Â Bagi kewarasan orang biasa maupun kegilaan para pujangga; senja itu ibarat ternak terpilih. Â Pada waktunya tentu akan disembelih. Â Sebagai pengorbanan terhadap jendela masa yang telah memberimu keleluasaan untuk menikmati keindahan waktu. Â Setelah sepanjang hari kau dimusuhi almanak dan debu.
Episode keempat
Ketika senja tenggelam. Â Maka malam mulai menghunjamkan tajam kelewang yang ditempa api kegelapan. Â Pekat. Â Seperti aura jiwa ketika lupa akan ingat. Â Suara-suara yang terdengar begitu pelan dan hati-hati. Â Seperti kidung samar-samar yang ditembangkan oleh gadis sedang patah hati; bila di langit ada bintang mati. Â Aku akan meminta ikut dikafani. Â Bersama-sama dikuburkan di rasi-rasi. Kirimkan saja doa-doa sederhana. Â Agar pagi dan senja diselamatkan dari malapetaka. Â Yaitu segala rupa dengki dan marabahaya.
Bogor, 25 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H