Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Janji-janji yang Selalu Terulang Kembali

21 Agustus 2018   22:04 Diperbarui: 21 Agustus 2018   22:50 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan, halimun pekat itu kembali. 

Menyusur lorong-lorong sekolah, gang-gang pasar, tiang-tiang jemuran.  Lekat, menyongsong hidung dan tenggorokan.  Berbondong-bondong seolah ada hal yang mesti dirayakan.  Dan memang demikian.  Halimun itu merayakan kehadiran mereka setelah jeda beberapa masa.  Dipenjarakan kekuatan asa.

Tentulah ini salah kemarau!

Siapa lagi yang harus disalahkan? Hujan?  Jauh dari mungkin.  Tak akan menyala api segarang apapun ketika hujan datang berduyun-duyun.  Tak akan membara sedikitpun lava yang dimuntahkan beberapa kepundan, jika deras hujan tumpah beberapa gunung.

Kemarau paling mudah disalahkan.  Dia tak akan melawan.  Dicat sehitam malam.  Lalu disimbolkan sebagai kambing.  Ribuan telunjuk menuding.  Itu dia!  Biang masalahnya!

Dan, halimun pekat itu terus menerus menerjang kesana kemari.  Sayap-sayapnya mengibas tiada henti.  Mencari-cari.  Setiap lubang untuk dimasuki. Setiap nafas untuk dikerubuti.  Setiap teriakan untuk dikelabuhi.

Sementara induk semang halimun pekat itu berpesta pora di hutan hujan yang namanya telah diubah menjadi hutan kenangan.  Melibas dan mengipas-ngipas rawa gambut yang sebutannya berubah menjadi rawa berkabut.

Kemudian dengarlah gemuruh doa-doa menghampiri langit yang berdiam diri;

Datangkan kami hujan satu lautan.  Sirami celaka ini bertubi-tubi.  Kami berjanji akan membenahi perilaku kami yang tak henti mencederai bumi.  Sepenuh hati!

Dan tahukah kau apa kata ramalan dari langit yang bertugas mengkristalkan janji?  Doa-doa seperti ini akan datang lagi tahun depan nanti.

Bogor, 21 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun