Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendidihkan Kemauan

10 Juli 2018   09:39 Diperbarui: 10 Juli 2018   09:55 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air sudah mendidih.  Tolong tuangkan aku secangkir kopi.  Aku perlu setiap hitamnya untuk mewarnai hatiku yang memucat.  Aku butuh setiap pahitnya untuk menyadarkan bahwa manis di lidahku ini adalah kamuflase dari oase yang terlihat memikat. 

Aku ada di tepian gurun.  Di hadapanku penuh pasir penyamun.  Siap melanun segala keinginanku yang cenderung majnun. 

Tadi pagi aku menyempatkan diri meludahi ketidakberuntungan.  Mimpiku gagal berwujud.  Mimpi menjadi seseorang yang bertiwikrama menjadi raksasa pelahap setiap kekhawatiran dan mengubahnya menjadi kegembiraan.  Buktinya sekarang aku dipagut kecemasan.

Mungkin karena aku berharap terlalu banyak pada ingatan tentang angsa berbulu bersih yang merenangi danau jernih.  Pemandangan indah yang terlalu mudah.  Padahal bisa saja mereka sedang merenangi kesunyian, yang dikumpulkan oleh dasar danau yang kedinginan.

Tapi tak apa.  Di hadapanku sudah tersedia kopi sepanas matahari.  Aku akan mulai berlari.  Membarengi angin musim kemarau yang sedang menjemput hujan.  Menuju dangau yang dibangun dari kumpulan cita-cita besar.  Disanalah tempat yang tepat untuk mendidihkan kemauan.

Jakarta, 10 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun