Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menjamu Masa Lalu

8 Juli 2018   12:59 Diperbarui: 8 Juli 2018   13:11 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di meja yang ditata secara sederhana. Piring dan cawan dari tanah liat. Digunakan untuk sekuatnya mengikat.  Ceceran masa lalu yang serupa daun melayang-layang. Mengering.  Menyerpih. Menjadi serasah. Di tanah yang menerimanya sebagai tamu sekaligus penghuni. 

Makanan berupa kenangan dihidangkan. Hambar, pahit dan manis dipilah sesuai nama rempah ingatan. Siapapun boleh mencicipi.  Karena ini juga semacam keadilan. Jangan paham hanya kepahitan jika rasa manis telah lama meninggalkan. Jangan pula menganggap semua sari nektar jika ternyata hati pernah sesekali terbakar.

Gunakan sendok atau garpu jika perlu. Karena memegang masa silam dengan tangan akan serasa menggenggam pisau berlumur luka. Luka yang timbul karena apa saja tetaplah luka yang sama. Mengoyak hati dan mencerabut isi kepala. 

Setelah selesai mengunyah kenangan mentah-mentah, muntahkan di selokan. Biarkan air yang mengalir membawanya ke muara. Di sana telah menunggu lautan. Tempat segala kenangan mudah terlupakan.

Yogyakarta, 8 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun