Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam yang Keliru

30 Juni 2018   05:02 Diperbarui: 30 Juni 2018   05:37 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam penglihatanku.  Malam sedang terburu-buru.  Berusaha menghabiskan kegelapan secepat-cepatnya.  Melenyapkan kelam sebisa-bisanya.  Ini malam yang keliru, ujarku.

Bukan begini cara melarikan diri dari pengap dan senyap.  Lebih baik berterus kepada bulan.  Datanglah segera ke pangkuan.  Aku ingin kau menjadi lampu gantung di langkitku yang temaram.  Tumpahkan cahaya.  Seperti jutaan manusia menumpahkan airmata.  Bagi cinta.

Atau paling tidak beritahu beberapa bintang.  Pinjami berkas-berkas cahayamu yang paling terang.  Nyalakan beberapa titik tempat di bumi yang ingin aku ketahui.  Di sana ada orang-orang yang sengaja bersembunyi.  Menghindari pertemuan dengan pekatnya masa silam yang menyakitkan hati.

Malam membetulkan letak waktu yang terlompati.  Sudah saatnya dinihari.  Gelap dan cahaya tidak berlaku di sini.  Karena lampu-lampu yang berasal dari jernihnya hati menyalakan dirinya sendiri.

Bogor, 30 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun