Ran memperhatikan muka air sungai raksasa yang sedang mengamuk dengan menghanyutkan gelondongan-gelondongan besar kayu. Â Masih cukup jauh dengan tempat mereka berkemah. Â Tapi jika mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasinya, Ran cemas muka air itu akan semakin tinggi dan mencapai tempat mereka. Â Menyelamatkan diri dengan naik perbukitan lagi bukanlah pilihan yang logis. Â Cindy masih sakit.
Ran mengedarkan pandangan ke sekeliling. Â Mencari-cari barangkali ada sesuatu yang bisa digunakan untuk mengapung. Â Tidak ada apa-apa kecuali rumpun-rumpun bambu yang tumbuh subur di pinggiran sungai itu.
Benak Ran tergelitik pada satu pemikiran gila. Â Kenapa mereka tidak mencoba membuat rakit dari bambu-bambu yang berukuran besar tersebut. Â Setidaknya mereka mempunyai sebuah rencana jika sungai raksasa itu terus mengamuk dan luapannya sampai ke tempat mereka berkemah. Â Back up plan yang sempurna.
Ran menyampaikan ide itu kepada teman-temannya. Â Semua sepakat. Â Apalagi setelah melihat betapa dahsyatnya sungai raksasa itu mengamuk. Â Menggulung semua yang dilaluinya. Â Memang sudah tidak ada lagi gelondongan kayu yang terbawa arus, namun air lumpur kecoklatan itu terlihat semakin tinggi.
Setelah makan sekedarnya, empat anggota team yang sehat buru-buru menebangi pokok bambu dan membuat rakit. Â Sesuai pengalaman survival, rakit tidak boleh terlalu besar karena akan tidak stabil di arus sungai yang deras. Â Jadilah mereka membuat 3 rakit ukuran kecil. Â Masing-masing untuk ukuran 2 orang termasuk peralatan dan perlengkapan.
Cindy masih juga belum siuman. Â Rupanya pengaruh racun duri perdu itu sangat kuat. Â Meskipun daya rusak racun itu sudah tidak mengancam nyawa, namun Ran yang seorang dokter masih mengira-ngira sebetulnya perubahan mata Cindy itu hanya sementara atau ada hal lain yang belum bisa dia duga.
-----
Saat matahari naik persis di atas kepala, semua rakit telah selesai berikut dengan dayung lipat yang memang mereka bawa sebagai perlengkapan standar ekspedisi. Â Untuk berjaga-jaga, Ran meminta semua perlengkapan dinaikkan dan diikat kuat-kuat di rakit. Â Jika terjadi apa-apa mereka tinggal menaiki rakit itu tanpa harus ribut lagi berkemas-kemas.
Terdengar keluhan pendek. Â Cindy! Â Buru-buru semua orang mengerumuni gadis itu. Â Cindy membuka matanya perlahan-lahan. Â Semua orang kecuali Ran memalingkan muka. Â Mata gadis itu masih menghitam seluruhnya. Â Wajah cantik itu bermata aneh dan mengerikan.Â
Cindy mengerjap-ngerjapkan mata. Â Melihat ke sekeliling sembari menggeliatkan tubuhnya yang terasa sangat penat. Â Cindy merasakan ada sesuatu yang aneh pada penglihatannya. Â Dia mengenali teman-temannya. Â Tapi kenapa mereka seperti klise film? Â Hitam putih. Â Cindy mengedarkan pandangan ke pemandangan di sekitar. Â Rumpun bambu, tanah, sungai dan langitpun hitam putih! Â Cindy hampir menjerit!
Ran memegang tangan gadis itu untuk menenangkan. Â Ketua team ekspedisi itu memberi isyarat kepada teman-temannya untuk melanjutkan persiapan mengarungi sungai karena air terlihat begitu cepat sekali meninggi. Â Setelah yang lain pergi bersiap-siap, Ran membantu Cindy duduk kemudian menceritakan kejadian yang sudah Cindy lewati.