Terpajang sempurna. Â Menerangi langit yang telah membasuh muka. Â Dengan hujan terakhir di bulan Mei.Â
Seperti lentera. Â Menggantung tanpa tali. Â Menebar cahaya laksana jala. Â Meraup sekian banyak tatap mata kagum para pemuja.
Purnama. Â Dipantik oleh malaikat menggunakan api dari surga. Â Mengabarkan cinta di mana-mana. Â Bersama pesan sederhana yang disampaikan di setiap puncaknya;
Rajut semua cahaya yang bisa kau rengkuh dengan keikhlasan. Â Hentikan saling bermusuhan! Â Bumi ini sudah sedemikian retak. Â Jangan kau tambahi dengan segala dengki yang mengakibatkan luluh lantak.
Malam bergeser sedikit. Â Mematuhi waktu yang semakin menyempit. Â Menenggelamkan purnama perlahan-lahan. Â Tanpa disertai badai atau gelombang.
Ini purnama yang tumbuh tanpa cela. Â Di para-para langit ketika malam ikut berdoa. Â Bersama alunan dawai melodi tadarusan. Â Juga denting suara sendok garpu pemecah kesunyian.
Jakarta, 30 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H