Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lentera di Para-para Langit

31 Mei 2018   00:41 Diperbarui: 31 Mei 2018   00:38 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terpajang sempurna.  Menerangi langit yang telah membasuh muka.  Dengan hujan terakhir di bulan Mei. 

Seperti lentera.  Menggantung tanpa tali.  Menebar cahaya laksana jala.  Meraup sekian banyak tatap mata kagum para pemuja.

Purnama.  Dipantik oleh malaikat menggunakan api dari surga.  Mengabarkan cinta di mana-mana.  Bersama pesan sederhana yang disampaikan di setiap puncaknya;

Rajut semua cahaya yang bisa kau rengkuh dengan keikhlasan.  Hentikan saling bermusuhan!  Bumi ini sudah sedemikian retak.  Jangan kau tambahi dengan segala dengki yang mengakibatkan luluh lantak.

Malam bergeser sedikit.  Mematuhi waktu yang semakin menyempit.  Menenggelamkan purnama perlahan-lahan.  Tanpa disertai badai atau gelombang.

Ini purnama yang tumbuh tanpa cela.  Di para-para langit ketika malam ikut berdoa.  Bersama alunan dawai melodi tadarusan.  Juga denting suara sendok garpu pemecah kesunyian.

Jakarta, 30 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun