Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam Menggeliat di Perempatan

25 Mei 2018   20:24 Diperbarui: 25 Mei 2018   20:34 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geliat malam di sebuah perempatan

Di antara lalu lalang mata sembab perempuan yang sibuk memamerkan gincu semerah saga

Baju compang camping karena sengaja digunting

Menampakkan bahu terbuka

Disengaja

Memancing mata nyalang para lelaki yang kekurangan cinta dalam hidupnya

Mencari-cari

Lalu berjual beli

Cahaya bulan terjerembab di sini

Terantuk batu-batu runcing yang sanggup mengiris nadi

Ikut menangisi

Kisah sesungguhnya dari para perempuan itu

Yang bukanlah pedagang madu

Atau makelar nafsu

Mereka terjebak

Di lubang-lubang galian zaman

Tak pernah bisa ditimbun rapi

Oleh sebab yang tak dimengerti

Namun terjadi berulangkali

Ini bukan puisi penghakiman

Atau penjajahan laki-laki terhadap perempuan

Ini adalah fragmen jalanan

Disajikan tanpa nampan

Tumpah ruah tak karuan

Demi melengkapi kisah yang berwarna warni

Seperti nasib pelangi

Datang dan pergi

Atas kebaikan hujan dan sinar matahari

Bogor, 25 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun