Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seseorang yang Berdiri di Bawah Hujan

23 Mei 2018   04:35 Diperbarui: 23 Mei 2018   04:54 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengusap wajahnya sesekali. Memastikan pandangannya tidak tertutup genangan. Dari matanya yang mendanaukan sepi. Nampak sekali betapa hidup ternyata berdiri di tengah-tengah antara air dan api.

Hujan semakin deras. Mengalirkan sungai-sungai berjeram di pipinya yang pias. Sedikit senyum terlepas. Dari ujung mulutnya yang seputih kapas.

Seseorang itu menegakkan tubuh dari dorongan angin yang terhuyung-huyung. Perpaduan yang khas bagi sebuah fragmen yang murung. Hujan basah dan angin tak tentu arah. 

Mungkin orang itu sedang patah hati. Atau barangkali hanya ingin sekedar membasuh sunyi. Tidak ada yang tahu sebelum akhirnya kilatan lampu memantulkan matanya yang bersembilu.

Sebab ini malam. Silhuet seseorang yang sedang berdiri di bawah hujan itu terlihat kelam. Menampilkan sosok yang seolah hendak merajam hitam.

Menjadikannya berkeping-keping. Serakannya akan mengering. Dijemurnya nanti pada saat kemarau menyemburkan api. Disusunnya kembali bersama teka-teki yang didapatnya dari mimpi.

Jakarta, 23 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun